THE JAV DIARIES

The jav Diaries

The jav Diaries

Blog Article

Posisi sixty nine pun menjadi pemandangan awal pergumulan kami di ruang mushola. Lidah Abah begitu liar menjelajahi setiap detil bagian tubuh yang paling kujaga itu. Aku pun tak mau kalah dan segera melahap kembali kontol Abah.

Ibarat sapi yang sudah dicolok hidungnya, tubuhku begitu tanggap dengan apa yang harus kulakukan selanjutnya. Pikiranku sudah dipenuhi dengan nafsu syahwat. Marwahku sebagai seorang istri pendakwah yang seharusnya menjaga kesucian dirinya hanya untuk suami pun sudah kubuang jauh-jauh.

Dan persis seperti dugaanku, Abah tak mengenakan CD sehingga kontol perkasanya yang masih lemah lunglai itupun terlihat imut. Aku pun berpindah posisi dan mengambil posisi nungging di selakangan Abah yang duduk lesehan dengan kakinya terbuka lebar.8964 copyright protection169712PENANAjqIfW1baMZ 維尼

Betapa nikmatnya setelah sekian lama tubuhku ini gersang dari sentuhan lelaki. Desahan tertahanku pun lepas saat merasakan hembusan nafas Abah Mahmud di belahan bokongku dan bisa kurasakan jelas kehangatan nafasnya di anusku.8964 copyright protection169712PENANAGVFijYZPbw 維尼

Entah apa yang merasukiku malam itu. Abah pun makin beringas dibawah sana. Bahkan jemarinya ada yang nekat masuk melesak ke anusku.8964 copyright protection169712PENANAbRKrvGgX5t 維尼

Jantungku berdegup kencang merasakan zina pertamaku. Tangan Abah Mahmud pun berhenti saat ia mendapati gundukan jumbo kenyal yang kini memenuhi telapak tangannya.8964 copyright protection169712PENANA1q02rQTcga 維尼

Kental, panas, aroma yang khas dan pekat. Akupun beberapa kali tersedak karena terkejut dengan banyaknya sperma Abah Mahmud yang ia semburkan. Pertama kalinya aku dipaksa meminum sperma lelaki. Rasa mual pun tak terbendung setelah beberapa tegukan sperma melewati kerongkonganku.

Dia kemudian mengambil sebotol minyak, entah apa itu, lalu menuangkannya di sekujur tubuhku. Aku mencoba menggeliat tapi tubuhku masih lemas karena dua kali orgasme tadi. Setelah itu dia kembali meraba sekujur tubuhku.

Bak kamar mandi yang terbuat dari cor semen pun menjadi tumpuan ku untuk melepas hasratku malam itu. Biarpun tak terlalu nyaman duduk di pinggiran bibir bak, yang penting birahiku bisa tersalurkan. Mataku merem melek sementara dari mulutku mengalir desahan lembut saat jemariku mulai bokep menyentuh dan memilin perlahan kedua puting coklat mudaku.

Kakiku kutekuk sedikit dan agak kubuka kemudian sedikit ku angkat pinggulku sehingga memudahkan Abah menghantamkan tubuhnya ke atas.8964 copyright protection169712PENANAN0sR6SwB55 維尼

Kembali tubuhku mengejang saat permainan jarinya membawaku pada orgasme ketigaku hari itu. Tubuhku benar-benar lemas, tapi dia belum berhenti. Dia kembali merangsangku dengan meremas kedua payudaraku bergantian, sambil tetap mencium bibirku, yang kubalas tak kalah ganasnya.

Saat itu kurasakan bibir vaginaku seperti disentuh oleh sesuatu yang keras. Bukan, bukan hanya disentuh, tapi benda itu perlahan masuk membelah bibir vaginaku. Aku mencoba meronta sebisanya, tapi tertahan oleh mbak Wati, dan seorang lagi di bawah sana.

Memang dasar Abah Mahmud yang kurang ajar, ia tau benar kalau aku sudah tak kuasa menahan orgasme. Bahkan dengan sengaja ia menyentil itilku yang sudah mencuat maksimal.

Aku yang melihat adegan itu sudah tak lagi bisa berpikir jernih. Desahan, erangan, racauan yang kudengar jelas bersatu padu membakar syahwat dalam diriku. Alhasil, banjir bandang tak terhindarkan mengalir deras dari memekku. Bisa kurasakan jemariku begitu becek oleh lendir khas memek Akhwat. Aku pun sudah tak peduli lagi berapa kali aku orgasme malam itu.

Report this page